Oleh : M Rizal Zakaria, S.HI
1. Selayang Pandang
Sebelum masuknya pengaruh Hindu di pulau Jawa, orang-orang
Jawa telah mengenal kalender sendiri yang dikenal dengan sebutan petangan
Jawi.[1]
Kalender atau perhitungan pranata mangsa itu digunakan oleh
petani sebagai pedoman dalam bekerja dan bercocok tanam. Selain itu juga
digunakan untuk perhitungan watak atau pengaruh kepada kehidupan manusia
seperti halnya perhitungan Jawa lainnya.[2]
Kemudian, pada tahun 1633 M / 1043 H / 1555 Soko, Sri Sultan
Agung Anyokrokusumo mempersatukan antara sistem penanggalan Soko dan sistem
penanggalan Hijriyah dengan cara meneruskan tahun tahun Soko 1555, tetapi
sistemnya menggunakan prinsip geosentris sebagaimana yang dianut oleh kalender
Hijriyah.[8]
Sistem inilah yang kemudian disebut dengan sistem penanggalan Jawa Islam yang
kemudian melahirkan sub sistem baru sebagaimana Aboge, Asapon, Amiswon.[9]
Kemudian, sistem aboge ini secara turun temurun digunakan dan
berlaku dikalangan masyarakat Jawa, bahkan ada yang masih menggunakannya sampai
sekarang ini,
2. Prinsip Dasar
Dalam kalender Islam
Jawa atau kalender Sultan Agung, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami oleh setiap orang bahwasanya dalam satu tahun itu terdapat 12 bulan,[10]
Pada bulan-bulan ganjil berumur 30 hari, sedangkan bulan-bulan genap berumur 29
hari, kecuali bulan ke-12 yaitu besar yang berumur 30 pada tahun panjang
/ wuntu.[11]
Selain itu, satu tahun
berumur 354,375 hari atau 354 3/8 hari, sehingga setiap satu siklus yaitu 8
tahun atau satu windu dan setiap 120 tahun sistem ini akan melompat 1 hari
apabila dibandingkan dengan sistem hijriyah, oleh sebab itu, setiap 120 tahun
harus dikurangi satu hari, yaitu yang seharusnya dijadikan tahun panjang,
dijadikan tahun pendek.[12]
Tahun-tahun dalam satu
windu itu diberi nama dengan angka huruf jumali berdasarkan hari pada
tanggal 1 Suro yang bersangkutan dihitung dari nama hari tanggal 1 Suro
tahun alipnya.[13]
Adapun nama-nama tahun tersebut adalah sebagaimana berikut :
a) Tahun Pertama =
Alip (ا)
b) Tahun Kedua =
Ehe (ه)
c) Tahun Ketiga =
Jim awal (ج)
d) Tahun Keempat =
Ze (ز)
e) Tahun Kelima =
Dal (د)
f) Tahun Keenam =
Be (ب)
g) Tahun Ketujuh =
Wawu) و)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
a) Tahun Jawa Islam sama dengan tahun hijriyah + 512 tahun.
b) Satu windu adalah 8 tahun sama dengan 2.385 hari.
c) Tahun panjang / wuntu jatuh pada urutan ke 2, 5, 8.
d) Selisih 1 suro 1555 Jawa dengan 1 Muharram 1 Hijriyah adalah
369.251 hari.
e) Selisih 1 Suro 1555Jawa dengan 1 Januari 1 Masehi adalah 596.267
hari.
f) Tahun 1555 – 1626 Jawa adalah menggunakan prinsip A’ahgi[15]
g) Tahun 1627 – 1746 Jawa adalah menggunakan prinsip Amiswon[16]
h) Tahun 1747 – 1866 Jawa adalah menggunakan prinsip Aboge[17]
i)
Tahun 1867 – 1986 Jawa
menggunakan prinsip Asapon[18]
j)
Tahun 1987 – 2106 Jawa
menggunakan prinsip Anenhing[19]
3. Cara Penghitungan
Untuk mengetahui nama
tahun serta nama hari dan pasarannya pada tanggal 1 Suro pada tahun
tertentu, maka dapat diperoleh dengan cara tahun yang dimaksudkan dikurangi
dengan 1554,[20]
kemudian dibagi 8. Sedangkan sisanya dicocokkan dengan tabel[21]
berikut ini :
Tabel Tahun Jawa[22]
SISA
|
NAMA
TAHUN
|
HARI
|
PASARAN
|
1
|
Alip
|
1
|
1
|
2
|
Ehe
|
5
|
5
|
3
|
Jim Awal
|
3
|
5
|
4
|
Ze
|
7
|
4
|
5
|
Dal
|
4
|
3
|
6
|
Be
|
2
|
3
|
7
|
Wawu
|
6
|
2
|
0
|
Jim Akhir
|
3
|
1
|
Contoh perhitungan :
Menghitung 1 Suro 2010 Jawa
2010 – 1554 = 456
456 : 8 =
57
Sisa 0
Keterangan contoh :
Dari contoh perhitungan
diatas, sisa dari perhitungannya adalah 0, maka nama tahunnya adalah Jim Akhir.[23]
Sedangkan harinya adalah pada urutan 3 dan pasarannya adalah urutan 1,
sedangkan tahun 2010 Jawa termasuk kedalam kelompok tahun Anenhing (
tahun Alip Senin Pahing), sehingga tanggal 1 Suro 2010 Jawa jatuh pada hari
Rabu,[24]
sedangkan pasarannya jatuh pada Pahing.[25]
Dengan demikian, bahwa
tanggal 1 Suro 2010 Jawa jatuh pada hari Rabu / Rebo pahing pada
tahun Jim Akhir.
Setelah hari dan pasaran
pada 1 Suro sudah diketahui, maka untuk mengetahui hari dan pasaran pada
tanggal 1 tiap-tiap bulan berikutnya, tinggal mencocokkan dengan menggunakan
tabel pedoman sebagaimana berikut :[26]
BULAN
|
HARI
|
PASARAN
|
Suro
|
1
|
1
|
Sapar
|
3
|
1
|
Mulud
|
4
|
5
|
Bakdomulud
|
6
|
5
|
Jumadilawal
|
7
|
4
|
Jumadilakir
|
2
|
4
|
Rejeb
|
3
|
3
|
Ruwah
|
5
|
3
|
Poso
|
6
|
2
|
Sawal
|
1
|
2
|
Selo/dulkangidah
|
2
|
1
|
Besar
|
4
|
1
|
Keterangan :
Hari dan pasaran apa
saja pada tanggal 1 Suro tahun berapa pun nilainya adalah 1, sehingga untuk
tanggal 1 bulan-bulan berikutnya tinggal mengurutkan berdasarkan tabel pedoman
di atas sesuai dengan urutan tanggal 1 Suro.[27]
[1]
Petangan Jawi adalah suatu sistem perhitungan Pranata mangsa
dengan rangkaiannya yang berupa bermacam-macam petangan seperti wuku,
peringkelan, padewan, padangan dan lainnya. Sistem ini
menggunakan prinsip Solair / Syamsiyah. Baca
Purwadi, Siti Maziyah, Kitab Primbon Ramalan Jawa, Yogyakarta :
Mitra Sejati, 2009, h 1
[2]
ibid, h 3
[3]
Aji Saka adalah tokoh mitologi Jawa kuno yang konon menciptakan abjad huruf
Jawa ha-na-ca-ra-ka. Baca ibid.
[4] Prisip yang memahami bahwa matahari dan
planet-planet beserta satelit-satelitnya berputar mengelilingi bumi. Prinsip
ini dikembangkan oleh Nicollas Copernicus
[5] Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan
Praktek, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2004, h 118
[6]
Purwadi, Siti Maziyah, Kitab Primbon.., h 9
[7]
Prinsip yang mengacu kepada pemahaman bahwa Bumi dan planet-planet beserta
satelit-satelitnya berputar mengelilingi matahari.
[8]
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam.., h 118
[9]
Suatu sub sistem dari kalender Sultan Agung yang berpedoman pada tahun Alip
jatuh pada hari kamis kliwon
[10]
Yang dimaksud 12 bulan itu adalah sebagaimana berikut ini dimulai dari Suro,
Sapar, Mulud, Bakdomulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal,
Dulkangidah/selo, Besar
[11] Dalam satu siklus selama 8 tahun, pada urutan tahun
ke 2, 5, 8 merupakan tahun panjang / wuntu (355 hari), sedangkan lainnya
merupakan tahun pendek / wastu (354 hari). Baca juga Muhyiddin Khazin, Ilmu
Falak dalam…, h 119
[12]
ibid
[13]
ibid
[14] Hasil wawancara dengan KH. Nasuha Anwar pada Rabu 23 Desember 2009 pukul 11.00-14.00 WIB dikediaman beliau di Dusun Kapas Klopo Peterongan Jombang, baca juga ibid
[15]
Tahun Alip Jum’ah Legi yaitu tanggal 1 suronya adalah pada hari Jum’ah Legi
[16]
Tahun Alip jatuh pada hari Kamis Kliwon.
[17]
Tahun Alip jatuh pada hari Rabu / Rebo wage
[18]
Tahun Alip jatuh pada hari Selasa Pon
[19]
Tahun Alip jatuh pada hari Senin Pahing, baca Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak…,
h 120
[20]
Angka 1554 diperoleh dari tahun awal penetapan berlakunya Kalender Islam Jawa
dikurangi 1
[21] Hasil wawancara dengan KH. Nasuha Anwar pada Rabu 23 Desember 2009 pukul 11.00-14.00 WIB dikediaman beliau di Dusun Kapas Klopo Peterongan Jombang
[22]
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak…, h 120-121. Tentang tabel ini, nara sumber
tidak menunjukkan secara langsung kepada penulis, hanya saja menyebutkan,
sehingga penulis berinisiatif untuk mencari alternatif sumber lain dari buku
dan ternyata sumber itu sesuai dan cocok serta dibenarkan oleh nara sumber.
[23]
Diperoleh dengan melihat jadwal diatas, apabila sisa O, maka nama tahunnya
adalah Jim akhir, dengan hari urutan ke-3 dan pasaran urutan ke-1
[24]
Diperoleh dengan melihat tabel diatas kemudian diurutkan dari urutan ke-3 yang
diurutkan mulai dari Senin, Selasa, Rabu
[25]
Diperoleh dari melihat tabel diatas serta kemudian mengurutkan pada urutan ke-1
dari pahing
[26]
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak…, h 121.
[27]
ibid, h 122