Selamat Datang di Blog Langit Biru Pembaharu, semoga Kunjungan Anda Bermanfaat

Fungsi Membaca dalam Peningkatan Intelektual Mahasiswa


Berbicara tentang membaca, Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki budaya membaca sangat memprihatinkan. Berbeda dengan negara-negara yang sudah maju dalam bidang pengetahuan dan teknologinya. Di negara Jepang misalnya, budaya membaca merupakan suatu kelaziman, didalam kereta api dan didalam angkutan umum, suasana dan pemandangan orang yang sedang membaca buku itu sudah menjadi kebiasaan dan keharusan. Namun, di Indonesia, hal seperti itu merupakan sesuatu yang langka dan bahkan hal yang aneh.
Lemahnya budaya membaca di Indonesia dikarenakan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah adanya animo dalam masyarakat Indonesia menyatakan bahwa kebudayaan membaca itu hanya untuk golongan yang bergelut di bidang pendidikan. Misalnya mahasiswa, pelajar, guru, dosen, dan lain sebagainya. Faktor lainnya ialah semakin tidak menentunya perekonomian Indonesia sehingga daya beli dan kemampuan masyarakat untuk membeli buku menurun. Apalagi kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya juga ikut naik, sementara biaya pembuatan buku dan harga kertas terus melonjak yang mengakibatkan harga buku melangit.
Sebagaimana yang kita ketahui, penyebaran informasi melalui media cetak di Indonesia khususnya dewasa ini semakin mendapat perhatian. Baik dari  kalangan masyarakat intelektual maupun dari kalangan masyarakat awam. Kemampuan informasi melalui media cetak makin penting dalam masyarakat yang tumbuh menjadi masyarakat yang kompleks. Karena teknologi yang canggih menurut tingkat pendidikan yang tinggi pada umumnya bergantung kepada media cetak. Hal ini berarti bahwa membaca adalah merupakan hal yang vital. Membaca mempunyai makna penting dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Memahami suatu ilmu akan mudah dicapai dengan membaca.
            Membaca merupakan pengantar manusia untuk mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. Jadi tak berlebihan apabila dikatakan bahwa membaca adalah syarat utama untuk membangun intelektualitas. Mengutip pendapatnya Barbara Tuchman yang mengatakan "Buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku, sejarah menjadi sunyi, sastra bisu, ilmu pengetahuan lumpuh, serta pikiran dan spekulasi akan mandek", Semakin seseorang banyak membaca, semakin banyak pengetahuan seseorang. Dengan membaca seseorang akan mengerti dan memahami tentang sesuatu yang belum mereka ketahui sebelumnya. Membaca akan dapat membantu seseorang untuk menambah pengetahuan memori otak yang kapasitasnya lebih dari ribuan GB (Giga Byte). Membaca sangat penting adanya dalam meningkatkan kecerdasan verbal/ linguistic (Verbal/ Linguistic Intelligence), sebuah kecerdasan linguistic competencies in fact, the intelligence – shared across the human species.
            Membaca merupakan gerbang utama dalam mencapai suatu ilmu, baik itu ilmu kasbi (acquired knwoledge) maupun ladunni (abadi atau perennial). Semuanya itu tidak dapat tercapai tanpa didahului dengan proses membaca (membaca dalam arti menelaah dan mengkaji atau lain sebagainya). Sebagaimana wahyu pertama yang diamanahkan Allah SWT kepada Muhammad SAW, setelah beliau berkontempalasi (‘uzlah) selama empat puluh hari di atas bukit hira’, beliau dikagetkan oleh suara lantang yang memerintahkannya “Iqra’ (bacalah)”. Beliau menjawab “ma ana bi-qori’ (sungguh aku tidak bisa membaca)”. Berulang kali perintah itu dilontarkan oleh Malaikat Jibril, tetapi selalu dijawab dengan jawaban yang sama (ma ana bi-qari’).
            Beberapa ulama’ ahli tafsif berpendapat bahwa sesungguhnya Muhammad adalah seorang ‘ummi yaitu seorang buta huruf, tak mengenal aksara dan cara membaca namun beliau terkenal dimasyarakat sebagai seorang pribadi yang cerdas. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh malaikat Jibril untuk menyampaikan Wahyu Ilahiyah kapadanya, kemudian malaikat Jibril menyempurnakan perintahnya agar diikuti oleh Muhammad: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah.. dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-Alaq 96: 1-5).
            Wahyu yang merupakan tanda pengangkatan Muhammad sebagai Rasul itu dapat diinterpretasikan bahwa, Allah SWT memerintahkan agar beliau belajar membaca. Dengan kata lain, perintah ini adalah perintah untuk  menuntut ilmu dan memanfaatkan ilmu, yang mana perintah ini bukan hanya berlaku eksklusif bagi diri beliau, tetapi juga bagi umat dan pengikutnya. Sebagaimana hadist nabi yang berbunyi : “mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam”(HR. Bukhori.)
            Pentingnya menuntut ilmu bagi manusia adalah agar mereka mengetahui tentang sesuatu yang belum mereka ketahui sebelumnya. Akan tampak berbeda, seseorang yang benar-benar berilmu dengan seseorang yang tidak berilmu. Allah SWT sendiri telah memberikan sugesti tentang perbedaan sosok orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu: “apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yag tidak mengetahui?” (Qs. Az-Zumar 39: 9). Perbedaan itu sangat jelas, baik dalam ucapan maupun sikap yang mewarnai pribadi seseorang. Seseorang yang berilmu akan menggunakan akal untuk berfikir, dan itu tidak akan dilakukan oleh orang yang tidak mengerti akan ilmu.
            Dalam menuntut ilmu hendaknya seseorang mencari kebenaran yang sesunguhnya. Dengan didasari oleh ilmu yang benar, manusia akan mampu memiliki kelebihan yang  timbul dari dirinya sendiri, yang telah digali dari pengetahuan-pengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Keberhasilan itu bisa dicapai dengan membaca.
            Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpengetahuan yang berbeda dengan makhluk lainnya, karena manusia lahir dengan potensi kodratnya yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Dengan ketiga potensi itu, manusia selalu terdorong untuk ingin tahu untuk bisa mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung didalam sesuatu yang ada (realitas). Karena cipta merupakan kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran. Dan rasa merupakan kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai keindahan. Sedangkan karsa adalah kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan.
 Antara manusia dan ilmu terjalin hubungan kausalitas, karena manusia, maka lahirlah ilmu. Dan karena ilmu, manusia bisa mencapai kesempurnaan.
            Ilmu merupakan sesuatu yang signifikan, bahkan merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki semua orang. Karena ilmu merupakan syarat mutlak dalam mencapai kesempurnaan. Imam al-Ghozali dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din menuturkan: “Jika ilmu merupakan urusan yang utama, maka belajar (menuntut ilmu) adalah upaya untuk menggapai keutamaan. Dan mengajarkan ilmu adalah manfaat keutamaan itu. ” Dari hal itu dapat disimpulkan bahwa, membaca adalah kunci mengapai keutamaan itu. Karena dengan membaca buku atau tulisan seseorang akan dapat memperoleh pengetahuan.
            Dengan membaca seseorang akan lebih mudah dalam menuntut ilmu dan mengajarkanya. Konsekuensinya, seseorang harus lebih cinta membaca agar memudahkannya dalam mendapatkan ilmu dan memahaminya. Seseorang akan dikatakan ahli jika dia mahir dalam bidang tertentu dengan mengetahui ilmunya.
            Dewasa ini, banyak mahasiswa yang kurang memperhatikan hal itu, lebih-lebih dalam hal membaca. Minat baca mereka seakan-akan berkurang sedikit demi sedikit tergerus bersama dengan kemajuan teknologi. Padahal apabila dibandingkan dengan media komunikasi lainnya, media cetak mempunyai kelebihan khusus. Dari media cetak mereka dapat memperoleh pengetahuan secara leluasa, dari yang klasik sampai yang modern. Disamping itu media cetak dinilai lebih efisien karena bisa diperoleh dan dibawa dengan cara yang lebih murah dan mudah. Pengetahuan yang ada bisa dinikmati kapan saja sesuai kehendak pembaca. Seperti halnya membawa radio lebih sukar daripada membawa surat kabar, membawa majalah jauh lebih mudah dari pada membawa TV. Media cetak sangat cocok untuk mengisi waktu luang,  agar waktu yang ada tidak terbuang sia-sia.
            Fleksibilitas kegiatan membaca memberikan jaminan kelangsungan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, baik untuk kepentingan pendidikan ataupun hiburan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berlangsung terus menerus dalam proses pembelajaran untuk menuju kematangan dan kedewasaan. Membaca juga bisa menjadi pengetahuan dan hiburan. Membaca cerpen atau karikatur dalam surat kabar misalnya, seseorang akan menemukan nilai-nilai pengetahuan dan hiburan di dalamnya. Semua bisa didapat dengan membaca.
            Seorang pembaca haruslah rileks dalam melakukan kegiatan membaca, ciptakan sebuah kecintaan dalam hati untuk melakukan itu. Dengan demikian budaya membaca akan tercipta dalam diri seseorang dan tujuan akan mudah tercapai. Budaya membaca akan membangun intelektualitas yang cukup, baik dikalangan pelajar, mahasiswa atau rakyat biasa.
            Hematnya, seseorang yang banyak membaca akan memiliki segudang refrensi dalam memecahkan suatu masalah baik untuk dirinya atau lingkungan sekitarnya. Mereka juga akan lebih muda untuk menganalisis sesuatu dan menguasainya dengan pengetahuan (ilmu) yang mereka miliki. Dengan membaca seseorang akan lebih mengerti dan memahami sesuatu yang menjadi permasalahan mereka, baik dari segi pemikiran, pengetahuan atau lain sebagainya.
            Membaca memiliki peran penting dalam mengatasi krisis intelektual dikalangan mahasiswa. Mengutip pendapat Baldridge (1977) volume bacaan yang harus dibaca mahasiswa jika ingin sukses belajar di perguruan tinggi sebanyak 850.000 kata per minggu. Jadi, penting adanya bagi mahasiswa untuk cinta membaca dalam meningkatkan pengetahuan mereka agar lebih kritis dalam menganalisis suatu masalah. Karena mahasiswa merupakan penyambung tongkat estafet bangsa, mereka harus tanggap tentang suatu masalah yang terjadi pada lingkungan sekitarnya dan cerdas dalam memberikan solusi serta cekatan dalam menyalesaikanya.
            Kesimpulanya, membaca adalah syarat utama mencapai keberhasilan bagi manusia, dan merupakan tuntutan utama untuk mencari kebenaran dalam menuntut ilmu. Dengan membudidayakan membaca seseorang akan meningkatkan pemikiran kritis mereka dalam memecahkan suatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Ahmad Taufiq. Membangun Peradaban Lewat Membaca. Majalah Edukasi. Edisi mei 2008
Al-Qur’an terjemah.
Http:// www.geocities.com/ Membaca: Gerbang sukses.



 
Support : Music Live | Timur Belambangan | Blogger Tips
Copyright © 2013. LANGIT BIRU PEMBAHARU - izal_zakaria All Rights Reserved
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger